PT Kontak Perkasa | Di tengah kondisi garam nasional yang mengalami kelangkaan, produsen garam asal Jawa Timur dihadapkan isu garam oplosan di sejumlah daerah. Mulai isu garam campur batu hingga serpihan kaca.
Seperti yang dialami PT Grasindo Aneka Sejahtera (GAS) misalnya. Produsen garam beryodium milik Yohanes Sugiharto ini, menjadi topik pembicaraan konsumen di Lamongan. Sebab, garam merk Ibu Bijak yang diproduksi PT GAS diketahui banyak mengandung butiran kristal menyerupai batu. Beberapa di antaranya, mirip serpihan kaca.
Namun, hal ini dibantah PT GAS. "Itu tidak benar. Karena saya mengambil garam dari petani. Termasuk bahan baku yang juga dibeli dari PT Garam," terang Yohanes, Senin (31/7).
Didampingi Robertho, selaku kuasa hukumnya, Yohanes menjelaskan, produk garam Ibu Bijak yang diproduksi pabriknya sejak 12 tahun silam memiliki tekstur yang agak keras dan berbentuk kristal. Diterangkan Yohanes, garam yang diproduksi PT GAS, merupakan bahan baku yang dipanen lebih cepat oleh para petani.
BACA :
8 Perusahaan ini diminati fresh graduate
"Saya (PT GAS) beli dari petani garam Rp 4 ribu per kilogramnya. Lebih mahal memang. Dibanding dulu sekitar Rp 700. Ini karena cuaca tidak menentu," terang pengusaha keturunan Tionghoa-Madura ini.
Sementara kuasa hukum Yohanes, Robertho mengklaim, bahwa klaien mengantongi legalitas izin produksi. Sehingga, garam yang diproduksi PT GAS aman dikonsumsi masyarakat.
"Klien kami terus memperpanjang (izin produksi). Termasuk uji laboratorium yang menunjukkan hasil A. Jadi produknya aman dikonsumsi," tegas Robertho.
Namun, Robertho mengakui bahwa perlu ada edukasi di masyarakat terkait berbagai macam jenis garam. Sehingga masyarakat paham mana garam asli, mana garam oplosan.
"Masyarakat perlu diberikan edukasi. Karena produk bahan baku yang memang benar-benar asli garam itu bentuknya bermacam-macam, meski sudah diolah," imbuhnya.