PT Kontak Perkasa Futures | Bursa saham Asia diperkirakan menurun pada perdagangan Jumat (2/2/2018) menyusul penurunan saham teknologi AS dan aksi jual obligasi pemerintah AS. Sementara itu, dolar kembali meluncur menjelang rilis data ketenagakerjaan AS.
Saham Australia tergelincir dan kontrak berjangka di Korea Selatan dan Jepang menunjuk ke posisi yang lebih rendah. Di AS, Indeks Nasdaq 100 menanggung beban penjualan selama sesi utama.
Saham Apple Inc. dan Alphabet Inc. melaporkan laba yang mengecewakan meski Apple membalikkan pelemahan di awal dan kembali diperdagangkan menguat. Rata-rata saham besar lainnya mengalami penurunan. Adapun imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun melonjak ke leveltertinggi sejak April 2014.
Kenaikan imbal hasil memperbarui spekulasi bahwa tekanan di pasar obligasi akan meluas ke bursa saham karena indeks utama stagnan atau bahkan melemah. Sejumlah manajer investasi mengatakan suku bunga 3% pada imbal hasil obligasi AS akan memberi sinyal pasar obligasi yang bearish, sementara pelaku pasar lainnya memperkirakan level tersebut juga dapat berarti koreksi terhadap saham.
"Kinerja pasar obligasi mulai memberikan peringatan untuik pasar saham," kata Mark Heppenstall, kepala investasi Penn Mutual Asset Management, seperti dikutip Bloomberg.
"Hanya reli di pasar saham yang akan membawa The Fed semakin banyak bermain tahun ini. Sepertinya kita mencapai level kritis pada tingkat suku bunga yang dapat memberikan sentimen negative di pasar saham," lanjutnya.
Di lain pihak, minyak mentah membukukan penguatan terbaiknya dalam sepekan menyusul prospek yang positif terhadap keseimbangan penawaran dan permintaan. Sementara itu, harga Bitcoin terus meluncur setelah, bahkan jatuh ke level US$8.771 pada pukul 7.48 WIB, menurut Coinbase.