PT KONTAK PERKASA - Harga minyak melonjak pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Kenaikan ini terjadi setelah Presiden Donald Trmp keliru mengklaim kemenangan dalam pemilihan presiden (Pilpres) AS.
Kemenangan Trump dipandang sebagai bullish untuk harga minyak karena sanksi terhadap Iran dan dukungannya untuk pemotongan produksi minyak.
Sentimen lain yang mendorong harga minyak pada perdagangan Rabu karena adanya data penurunan yang sangat besar persediaan minyak mentah di AS.
Mengutip CNBC, Kamis (5/11/2020), harga minyak West Texas Intermediate naik 4 persen, atau USD 1,49 ke level USD 39,15 per barel. Sedangkan harga minyak mentah Brent naik 92 sen atau 2,3 persen menjadi USD 40,63 per barel.
Kedua patokan harga minyak memperpanjang kenaikan setelah data menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun 8 juta barel pekan lalu karena Badai Zeta memaksa penurunan produksi di Teluk Meksiko selama periode tersebut.
Ekspor minyak mentah mingguan AS turun 1,2 juta barel per hari (bph) menjadi sekitar 2,3 juta barel per hari pekan lalu. Ini adalah penurunan terbesar sejak Januari. Hal ini juga terjadi karena Badai Zeta mengganggu aliran.
Trump secara keliru mengklaim telah menang atas penantangnya dari Partai Demokrat Joe Biden. Trump mengatakan bahwa dia yakin akan memenangkan kontes sebelum beberapa negara bagian menyelesaikan penghitungan suara dalam beberapa jam atau hari ke depan.
“Mungkin kesimpulan terbesar yang dapat ditarik bahwa hanya ada kemungkinan kecil insentif pajak minyak dan gas yang ada akan dihapus di AS. Bahkan jika Biden muncul sebagai pemenang," jelas Kepala Riset Rystad Energy, Artem Abramov.
Harga minyak juga didukung oleh kemungkinan produsen OPEC dan Rusia untuk mempertimbangkan menunda rencana kenaikan produksi OPEC + mulai Januari karena gelombang virus Covid-19 kedua menghambat pemulihan permintaan bahan bakar.
OPEC dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC +, sebelumnya setuju untuk mengurangi pemotongan sebesar 2 juta barel per hari dari 7,7 juta barel per hari mulai Januari.
Lebih banyak lockdown dapat membatasi kenaikan harga minyak. Italia, Norwegia, dan Hongaria telah memperketat pembatasan karena Corona, mengikuti Inggris, Prancis, dan negara lain.
BACA JUGA :
PT KONTAK PERKASA
Kemenangan Trump dipandang sebagai bullish untuk harga minyak karena sanksi terhadap Iran dan dukungannya untuk pemotongan produksi minyak.
Sentimen lain yang mendorong harga minyak pada perdagangan Rabu karena adanya data penurunan yang sangat besar persediaan minyak mentah di AS.
Mengutip CNBC, Kamis (5/11/2020), harga minyak West Texas Intermediate naik 4 persen, atau USD 1,49 ke level USD 39,15 per barel. Sedangkan harga minyak mentah Brent naik 92 sen atau 2,3 persen menjadi USD 40,63 per barel.
Kedua patokan harga minyak memperpanjang kenaikan setelah data menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun 8 juta barel pekan lalu karena Badai Zeta memaksa penurunan produksi di Teluk Meksiko selama periode tersebut.
Ekspor minyak mentah mingguan AS turun 1,2 juta barel per hari (bph) menjadi sekitar 2,3 juta barel per hari pekan lalu. Ini adalah penurunan terbesar sejak Januari. Hal ini juga terjadi karena Badai Zeta mengganggu aliran.
Trump secara keliru mengklaim telah menang atas penantangnya dari Partai Demokrat Joe Biden. Trump mengatakan bahwa dia yakin akan memenangkan kontes sebelum beberapa negara bagian menyelesaikan penghitungan suara dalam beberapa jam atau hari ke depan.
“Mungkin kesimpulan terbesar yang dapat ditarik bahwa hanya ada kemungkinan kecil insentif pajak minyak dan gas yang ada akan dihapus di AS. Bahkan jika Biden muncul sebagai pemenang," jelas Kepala Riset Rystad Energy, Artem Abramov.
Harga minyak juga didukung oleh kemungkinan produsen OPEC dan Rusia untuk mempertimbangkan menunda rencana kenaikan produksi OPEC + mulai Januari karena gelombang virus Covid-19 kedua menghambat pemulihan permintaan bahan bakar.
OPEC dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC +, sebelumnya setuju untuk mengurangi pemotongan sebesar 2 juta barel per hari dari 7,7 juta barel per hari mulai Januari.
Lebih banyak lockdown dapat membatasi kenaikan harga minyak. Italia, Norwegia, dan Hongaria telah memperketat pembatasan karena Corona, mengikuti Inggris, Prancis, dan negara lain.
BACA JUGA :
Wall Street Melambung Meski Pilpres AS Belum Memperlihatkan Hasil
PT KONTAK PERKASA