KONTAK PERKASA FUTURES - Pada perdagangan hari ini, Rabu (9/1/2019) MNC Sekuritas memperkirakan penguatan harga Surat Utang Negara masih terus berlanjut yang didorong oleh faktor pergerakan nilai tukar rupiah.
I Made Adi Saputra, Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas, memperkirakan bahwa pada perdagangan hari ini harga Surat Utang Negara masih akan bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi dengan arah pergerakan nilai tukar rupiah masih akan mempengaruhi arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder.
Dengan terbukanya peluang koreksi harga, Made menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder.
Arah pergerakan nilai tukar rupiah masih akan menjadi faktor yang mempengaruhi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder.
"Bagi investor dengan time frame jangka panjang seperti dana pensiun dan asuransi jiwa, kami menyarankan strategi pembelian secara bertahap apabila harga Surat Utang Negara kembali mengalami penurunan," katanya dalam riset harian, Rabu (9/1/2019).
Made mengatakan, pilihannya adalah pada seri Surat Utang Negara yang memiliki tingkat imbal hasil yang cukup tinggi dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan seri lainnya yaitu: FR0053, FR0056, FR0071, FR0067, dan FR0057.
Review (Selasa, 8 Januari 2019)
Penurunan harga terjadi pada perdagangan hari Selasa, 8 Januari 2019 dengan rata-rata penurunan harganya sebesar 15 bps sehingga berdampak kepada kenaikan imbal hasilnya hingga sebesar 9 bps dengan rata-rata kenaikan imbal hasil sebesar 3 bps.
Harga Surat Utang Negara bertenor pendek mengalami penurunan hingga sebesar 18 bps sehingga mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil 9 bps.
Sementara itu, harga Surat Utang Negara bertenor menengah mengalami penurunan sebesar 20 bps hingga 34 bps yang menyebabkan terjadinya kenaikan imbal hasil yang berkisar antara 4 bps hingga 7 bps.
Sedangkan untuk Surat Utang Negara bertenor panjang mengalami penurunan harga rata-rata sebesar 15 bps yang telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil hingga sebesar 7 bps.
Seri acuan dengan bertenor 5 tahun mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 7 bps di level 7,824% dan pada tenor 10 tahun mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 6 bps di level 7,904%.
Sedangkan kenaikan imbal hasil sebesar 7 bps didapati pada seri acuan bertenor 15 tahun di level 8,235% dan kenaikan sebesar imbal hasil sebesar 4 bps didapati pada seri acuan bertenor 20 tahun di level 8,313%.
Penurunan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin didorong oleh pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika.
Pada awal perdagangan, imbal hasil Surat Utang Negara cenderung mengalami penurunan di tengah penguatan harga yang terjadi di pasar sekunder seiring dengan nilai tukar rupiah yang dibuka menguat terhadap dollar Amerika di posisi 14073 per dollar Amerika.
Bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan harga Surat Utang Negara di sepanjang sesi perdagangan, harga Surat Utang negara mulai menunjukkan perubahan arah menjadi turun mendekati berakhirnya sesi perdagangan yang diakibatkan semakin kuat tekanan terhadap nilai tukar rupiah yang justru berbalik dengan mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika di akhir sesi perdagangan.
Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin terlihat sedikit menurun dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya.
Obligasi Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp 1,934 triliun dari 89 transaksi dengan harga tertinggi 103,20% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara dengan seri FR0053 senilai Rp1,382 triliun dari 11 transaksi di tutup dengan harga 101,39%.
Adapun Sukuk Negara Retail dengan seri SR010 menjadi sukuk negara dengan volume perdagangan terbesar yaitu Rp552,95 miliar dari 16 transaksi dengan harga tertinggi 96,10% dan diikuti perdagangan Project Based Sukuk seri PBS0016 dengan volume perdagangan sebesar Rp223 miliar dari 6 transaksi dengan rata-rata harga pada level 74,74%.
Adapun volume perdagangan surat utang korporasi obligasi TUFI04ACN1 tercatat surat utang korporasi yang memiliki volume paling besar yaitu sebesar Rp250 miliar dengan 6 kali transaksi pada harga tertinggi sebesar 100,00% dan diikuti oleh Obligasi korporasi BFIN04BCN1 senilai Rp200 miliar dengan 6 kali transaksi di harga tertinggi sebesar 100,69%.
Berikutnya adalah surat utang korporasi dengan seri TDPM01 yang mencatatkan volume perdagangan sebesar Rp151,50 miliar dari 4 kali transaksi dengan ditutup pada harga 100,00%.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup melemah 68 pts (0,48%) di level 14148 per dollar Amerika.
Bergerak pada kisaran antara 14003 hingga 14163 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah dibuka menguat pada saat awal perdagangan hingga pertengahan sesi perdagangan.
Adapun pada akhir perdagangan hingga penutupan rupiah berada pada posisi melemah sebesar 0,48%. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin seiring dengan nilai tukar mata uang regional yang juga mengalami penurunan terhadap dollar Amerika di mana pelemahan terbesar terjadi pada mata uang rupee India yang melemah sebesar 0,67% diikuti dengan mata uang won Korea Selatan dan mata uang bath Thailand yang melemah masing-masing sebesar 0,47% dan 0,23%.
Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan arah bervariasi di tengah beragamnya sentimen yang ada di pasar surat utang global.
Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun berada pada level 2,730% dan untuk US Treasury bertenor 30 tahun berada pada level 3,004%. US Treasury dengan tenor 10 tahun tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya.
Sementara itu, imbal hasil dari surat utang Jerman ditutup dengan koreksi sekitar 1 bps atau berada pada level 0,225%. Adapun pasar Amerika Serikat mengalami kenaikan sebesar 1,09% untuk indeks saham DJIA dan sebesar 1,08% untuk indeks saham NASDAQ.
BACA JUGA : IHSG Rebound Didongkrak Sentimen Positif Berikut