PT KONTAK PERKASA - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) terus turun ke level terendahnya sejak Maret, setelah laporan pemerintah AS menunjukkan peningkatan mingguan ketujuh berturut-turut dalam stok minyak mentah domestik dan lonjakan dalam produksi.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Desember mengakhiri sesi perdagangan Rabu (7/11/2018) dengan melemah 0,9% atau 54 sen di level US$61,67 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 57% di atas rata-rata 100 hari.
Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Januari turun tipis 6 sen dan berakhir di level US$72,07 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London pada Selasa. Minyak acuan global ini diperdagangkan premium US$10,25 terhadap WTI untuk bulan yang sama.
Dilansir Bloomberg, harga minyak di New York menambah rentetan penurunan terpanjangnya sejak 2014, setelah Energy Information Administration (EIA) melaporkan kenaikan persediaan minyak mentah AS sebesar 5,78 juta barel pekan lalu.
EIA juga melaporkan lonjakan produksi minyak mentah domestik ke rekornya yakni 11,6 juta barel per hari, sedangkan stok di Cushing, Oklahoma, meningkat sebesar 2,42 juta barel.
Padahal harga minyak sempat naik pada awal sesi didukung laporan bahwa OPEC dan sekutu-sekutunya sedang mempertimbangkan langkah baru terkait pemangkasan produksi.
“Pada dasarnya, terlalu banyak persediaan dan terlalu cepat,” kata Rob Thummel, managing director di Tortoise, yang mengelola aset-aset terkait energi senilai US$16 miliar.
“Itu membuat pasar kewalahan dan mengambil beberapa momentum dari harga minyak mentah. OPEC mungkin harus menilai ulang dan mempertimbangkan pemangkasan produksi untuk 2019 di titik ini.”
Harga minyak acuan AS berada di wilayah pasar yang bearish setelah diperdagangkan di atas US$76 per barel pada awal Oktober. Dengan ini, harga minyak telah turun selama delapan hari berturut-turut.
Para Menteri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan berkumpul di Abu Dhabi akhir pekan ini guna membahas opsi untuk 2019, termasuk kemungkinan pemangkasan produksi lagi tahun depan.
Sementara itu, pemerintah AS memperkirakan bahwa produksi minyaknya sendiri akan meningkat dengan laju tercepatnya tahun ini.
“Penurunan ini telah cukup bertahan dan tak henti-hentinya,” kata Rob Haworth dari US Bank Wealth Management di Seattle. "Secara teknis, investor bertanya-tanya di titik mana ini akan berhenti.”