PT KONTAK PERKASA FUTURES - Harga minyak mentah Amerika Serikat jatuh untuk hari kelima berturut-turut pada perdagangan Selasa (29/5/2018) karena pasar terbebani prospek peningkatan produksi dari Arab Saudi dan Rusia.
Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Juli ditutup melemah 1,7% atau 1,15 poin ke level US$66,73 per barel di New York Mercantile Exchange. Sesi penurunan kelima berturut-turut dan yang terpanjang sejak Februari.
WTI ditutup di bawah level teknis utama rata-rata pergerakan 50 hari pada hari Selasa. Hal ini cenderung dipandang sebagai sinyal bearish.
Di sisi lain, Brent berjangka untuk pengiriman Juli naik 0,09 poin ke level US$75,39 per barel di ICE Futures Europe Exchange yang berbasis di London setelah sebelumnya jatuh hingga 1%. Patokan global diperdagangkan lebih mahal US$8,66 dibanding WTI untuk pengiriman bulan yang sama.
Dilansir Bloomberg, Arab Saudi dan Rusia pekan lalu mengisyaratkan akan mengembalikan sebagian output yang mereka kurangi sejak akhir 2016 saat mereka berusaha untuk menguras kelebihan pasokan global. Saat ini, pasar sedang menunggu pertemuan OPEC dan mitra-mitranya di Wina pada akhir Juni untuk mengetahui apakah pembatasan output akan tetap berlangsung.
"Jelas, komentar dari Rusia dan Arab Saudi meletuskan gelembung itu," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York, seperti dikutip Bloomberg.
“Ada beberapa skeptisisme tentang apakah mereka akan menindaklanjuti atau tidak. Akan ada kekhawatiran sampai pertemuan bulan depan," lanjutnya.
Wacana mengenai peningkatan output dari dua eksportir minyak terbesar dunia menghapuskan reli bulan ini di WTI, yang telah dipicu oleh kekhawatiran bahwa pasokan dari Iran dan Venezuela akan menyusut.
Para menteri energi dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Kuwait berencana bertemu pada Sabtu pekan ini untuk membahas masalah-masalah OPEC, menurut sumber yang mengetahui rencana ini. Menteri Perminyakan Oman Mohammed Al Rumhi juga diperkirakan bergabung.