PT KONTAK PERKASA - Harga minyak mentah menguat setelah Iran mengintensifkan kritik terhadap sikap Presiden AS Donald Trump pada kesepakatan nuklir 2015 dan mengatakan tidak akan menegosiasikan kembali kesepakatan tersebut.
Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Juni ditutup menguat 0,7% atau 0,5 poin ke level US$68,43 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan mencapai 2% di bawah rata-rata perdagangan 100hari.
Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli menguat 0,26 ke level US$73,62 di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London. Minyak mentah patokan global ini tercatat lebih mahal US$5,36 dibanding WTI kontrak Juli.
Dilansir Bloomberg, perhitungan pemerintah AS yang bearish terhadap surplus minyak mentah dan bensin dibayangi oleh tuduhan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif tentang "bullying" AS dan mengatakan Trump harus mematuhi kesepakatan tersebut.
“Premi risiko geopolitik itu mulai meningkat di sini. Sangat sulit untuk masuk dan menjadi bearish terhadap minyak mentah di lingkungan semacam ini ketika ada begitu banyak ketidakpastian saat berurusan dengan Iran,” kata Michael Loewen, analis komoditas di Scotiabank, seperti dikutip Bloomberg.
Pembahasan kesepakatan nuklir bisa berarti pengenaan kembali sanksi AS terhadap Iran, dan berpotensi mengganggu pasokan minyak mentah dari produsen terbesar OPEC ketiga tersebut. Ketegangan telah meningkat mendekati waktu 12 Mei bagi Trump untuk memutuskan pendekatan apa yang harus dilakukan.
"Iran berkomitmen untuk kesepakatan nuklir tetapi jika AS mundur dari perjanjian, kita tidak akan bertahan," ungkap Ali Akbar Velayati, penasihat Pemimpin Agung Iran Ayatollah Ali Khamenei, dikutip oleh kantor berita Mehr, Kamis (3/5/2018).
Gejolak geopolitik dan pembatasan output yang dipimpin OPEC mendorong minyak mentah ke level tertinggi dalam tiga tahun terakhir bulan lalu, bahkan ketika output AS meningkat.
BACA JUGA :