Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Mei turun 0,4% atau 0,18 poin ke level US$68,29 per barel di New York Mercantile Exchange setelah sebelumnya menyentuh US$69,56, harga intraday tertinggi sejak November 2014.
Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman Juni menguat 0,30 poin ke level US$73,78 di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London.
Dilansir Bloomberg, surplus minyak global menyusut mendekati rata-rata lima tahun dan pasokan akan seimbang dengan permintaan pada akhir Juni, menurut sumber yang mengetahui mengenai data yang dipresentasikan pada pertemuan tertutup OPEC di Arab Saudi.
John Kilduff, mintra di Again Capital LLC mengatakan sejumlah negara yang tergabung dalam kesepakatan pembatasan pasokan saat ini mungkin memutuskan kenaikan harga minyak yang mereka hasilkan akan menjadi bumerang.
“Negara-negara penghasil minyak utama mungkin menjadi sedikit gugup karena kenaikan harga akan menabur benih-benih kehancuran mereka sendiri," kata Kilduff, seperti dikutip Bloomberg.
Produsen minyak AS telah meningkatkan pengeboran karena harga minyak mentah melonjak. Sementara itu, produksi minyak domestik naik ke rekor 10,5 juta barel per hari pekan lalu, menurut data Energy Information Administration.
Berkumpulnya anggota OPEC dan perwakilan negara-negara yang setuju untuk bergabung dengan kesepakatan pembatasan produksi kartel akan bermain dengan latar belakang ketegangan geopolitik yang dapat mengancam pasokan di negara-negara penghasil minyak utama.
Ketegangan ini termasuk potensi sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela yang sedang berlangsung menjadi kekacauan ekonomi dan sosial.
Di AS, total cadangan produk mentah dan olahan, yang tidak termasuk cadangan minyak bumi strategis, turun 10,6 juta barel minggu lalu ke level terendah sejak Maret 2015, menurut data EIA. Stok minyak mentah sendiri turun 1,1 juta barel, lebih tinggi dibandingkan perkiraan kenaikan 650.000 barel.