PT KONTAK PERKASA FUTURES - Minyak mentah membukukan penguatan terbesar dalam hampir dua bulan terakhir pada perdagangan Senin (26/11/2018), setelah Arab Saudi bersiap untuk membahas pasokan global.
Minyak West Texas Intermediate untuk kontrak Januari ditutup menguat 2,4% atau 1,21 poin ke level US$51,63 per barel di New York Mercantile Exchange, penguatan terbesar sejak akhir September. WTI anjlok hampir 11% pada pekan lalu.
Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak Januari menguat 1,68 poin untuk mengakhiri sesi di level US$60,48 di bursa ICE Futures Europe London. Patokan global tersebut diperdagangkan lebih tinggi US$8,85 terhadap WTI.
Dilansir Bloomberg, seluruh mata tertuju pada pertemuan G20 pekan ini di Argentina yang akan dihadiri Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Acara tersebut akan diikuti oleh pertemuan penting OPEC minggu depan di Wina.
"Ada komentar yang cukup dari berbagai anggota OPEC tentang mengatasi situasi kelebihan pasokan ini, baik di G20 atau pada pertemuan OPEC mendatang," kata John Kilduff, mitra di hedge fund New Capital LLC yang berbasis di New York, seperti dikutip Bloomberg.
WTI telah turun lebih dari 20% bulan ini karena ekspor minyak Iran yang lebih besar dari perkiraan dan rekor produksi AS. Sementara itu, Arab Saudi memompa lebih banyak minyak sejak pertama kali memompa minyak 80 tahun yang lalu di tengah tekanan dari Presiden AS Donald Trump.
“Rusia telah mengisyaratkan mereka tidak terlalu ingin melakukan pemotongan produksi. Jika Saudi memutuskan untuk melakukan pemotongan, hal tersebut benar-benar akan melepaskan pangsa pasar ke AS,” kata Tariq Zahir, fund manager di Tyche Capital Advisors LLC.
"Minggu ini akan bergejolak dengan Arab Saudi dan Rusia menuju ke G20,” lanjutnya.
Tag : harga minyak mentah