PT KONTAK PERKASA FUTURES - Bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) terus melemah pada perdagangan Kamis (20/12/2018), sehari setelah Federal Reserve mengindikasikan berlanjutnya penaikan suku bunga pada tahun depan terlepas dari tanda-tanda pertumbuhan ekonomi global yang tersendat.
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup merosot 1,99% atau 464,06 poin di level 22.859,6, indeks S&P 500 melemah 1,6% atau 40,14 poin di 2.466,82, sedangkan indeks Nasdaq Composite berakhir melorot 1,63% atau 108,42 poin di level 6.528,41.
Seperti yang telah diantisipasi, The Fed mengerek suku bunga acuannya (Fed Funds Rate/FFR) sebesar 25 basis poin (bps) ke kisaran 2,25%-2,50% dalam pertemuan kebijakan monter yang berakhir Rabu (19/12).
Akan tetapi, bank sentral AS tersebut juga memproyeksikan dua kali penaikan suku bunga pada 2019 dan satu kali penaikan pada 2020.
Pandangan yang diperlihatkan The Fed pada Rabu serta merta memicu kekhawatiran pelaku pasar mulai dari kawasan Asia hingga Eropa. Sejumlah indeks saham utama turun ke level terendahnya dalam dua tahun setelah investor ramai-ramai beralih kepada obligasi pemerintah.
“Semua yang dibahas pasar hari ini adalah dampak dari kenaikan suku bunga The Fed. The Fed baru saja mengenyahkan anggapan bahwa mereka ada di sini untuk mendukung pasar,” kata Michael Antonelli, managing director perdagangan penjualan institusional di Robert W. Baird di Milwaukee, seperti dilansir Reuters.
Dalam pernyataan kebijakannya, The Fed mencatat “sedikit” kenaikan suku bunga secara bertahap akan diperlukan di masa mendatang. Meski sebagian besar sejalan dengan ekspektasi, arah kenaikan suku bunga yang digambarkan dirasa lebih agresif daripada yang pasar perkirakan.
"Ini jelas mengecewakan bagi mereka yang mengharapkan kenaikan suku bunga yang dovish," kata David Joy, kepala strategi pasar di Ameriprise Financial, Boston, seperti dilansir Reuters.
"Ini adalah kenaikan suku bunga yang lebih moderat namun tetap saja ini adalah kenaikan suku bunga dan masih ada celah antara di mana The Fed dan pasar berada dalam hal ekspektasi kebijakan untuk tahun depan.”
Pernyataan itu tidak banyak membantu menenangkan kekhawatiran investor atas perlambatan pertumbuhan dunia, ketegangan perdagangan AS dengan China, dan pengetatan kondisi moneter bagi perusahaan-perusahaan di AS.
"Tampaknya pasar aset berisiko menginginkan 'lemparan' yang lebih kuat dari The Fed mengingat godaan resesi yang sedang berlangsung mengambil alih sentimen pasar,” kata Salman Ahmed, pakar strategi investasi global di Lombard Odier Investment Managers.