PT KONTAK PERKASA - Gunung Tangkuban Parahu di Subang, Jawa Barat mengalami erupsi pertama pada tahun ini, Jumat, 26 Juli 2019. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVBMG) menyebutkan bahwa erupsi Gunung Tangkuban Parahu merupakan tipe freatik.
Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana menjelaskan, tipe freatik merupakan erupsi yang tidak mengeluarkan magma segar sebagaimana tipe erupsi di Gunung Merapi. Tipe erupsi ini, tidaklah mengeluarkan magma, melainkan uap air.
Air yang tepat berada di atas dapur magma Gunung Tangkuban Parahu terpanaskan magma. Air yang panas akan berubah menjadi uap air.
"Panas magmanya saja yang memanaskan sistem hidrotermal di sini kemudian terjadi perubahan volume metrik (volume air). Volume air ini berubah menjadi lebih besar karena berubah menjadi uap," jelas Devy di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB, Jakarta Timur, Rabu 31 Juli 2019.
Uap air inilah, kata Devy yang kemudian menjadi erupsi dan menekan material-material yang ada di dalam kawah. Termasuk material-material krikil dan pasir serta debu.
"Erupsi ini dikenal dengan cold eruption," kata Devy.
Makanya, lanjut Devy, pada saat terjadi erupsi di Gunung Tangkuban Parahu masih ada orang yang bisa jalan-jalan di sekitarnya. Menurut Devy hal itu disebabkan embusan erupsinya tidak bertipe panas.
"Kalau kita lihat di video ya tadi setelah terjadi erupsi masih ada orang yang berjalan, kuda tetap berjalan ini menandakan erupsi ini tidak berasal dari magma," kata Devy.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan, Taman Wisata Alam (TWA) Tangkuban Parahu akan dibuka kembali untuk umum pada Kamis (1/8/2019). Hal tersebut diputuskan setelah mendapat jaminan keamanan dan keselamatan bagi pengunjung.
"Hari Kamis pagi TWA Gunung Tangkuban Parahu sudah bisa dibuka untuk umum," ucapnya usai menggelar rapat koordinasi dengan pihak pengelola, perwakilan PVMBG, BPBD, Bupati Subang, Kepolisian, TNI, dan ASITA, di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (30/7/19).
Menurut RK, sapaan Ridwan Kamil, pengelola siap memperbaiki sistem evakuasi, seperti rute evakuasi yang dipasang maupun papan informasi lengkap dan menyebar. Dia pun memberi tenggat waktu kepada pengelola untuk menuntaskan hal tersebut sampai Rabu (31/7).
"Bisa dibuka dengan syarat perbaikan-perbaikan antara lain rute-rute evakuasi lewat poster atau papan informasi harus dibuat dan selesai besok lalu diperlihatkan ke saya, sehingga pengunjung bisa tahu ke mana harus bergerak bila ada kejadian serupa," katanya.
RK juga meminta kepada pengelola untuk membuat grup komunikasi via smartphone guna memperlancar komunikasi. Grup tersebut terdiri dari anggota berbagai pihak yang berada di radius 5 kilometer dari TWA Gunung Tangkuban Parahu.
"Lalu harus ada WA grup antara pengelola dengan Muspida dan Kepala Desa di radius 5 kilometer sehingga kalau ada kejadian lagi jangan seperti kemarin banyak yang tidak tahu malah tahunya dari viralisasi di Medsos," ucapnya.