Indeks
berjangka China turun akibat ekspor negara Tirai Bambu tersebut yang
merosot tajam sejak 2009 lalu yang memicu kekhawatiran bahwa pertumbuhan
ekonomi China akan menurun.
Kontrak berjangka pada Indeks CSI 300 yang akan berakhir di bulan Maret ini tergelincir 1.4% ke level 2,118 pukul 9:18 waktu setempat..
Pada pekan lalu Indeks Shanghai Composite menguat 0.1% ke level 2,057.91, catat gain pertamnya dalam 3 pekan terakhir, setelah adanya spekulasi mengenai adanya reformasi kebijakan ekonomi pada Kongres Nasional Rakyat China.
Ekspor China secara mengejutkan turun 18.1% di Februari lalu dibandingkan di awal tahun, menurut rilis data dari bea dan cukai pada tanggal 8 Maret lalu, dibandingkan dengan estimasi rata-rata dari para ekonom yang menyatakan adanya kenaikan sebesar 7.5%. Sementara itu impor naik 10.1% di Februari lalu jika dibandingkan dengan awal tahun, sehingga neraca perdagangan China mengalami defisit $23 miliar, merupakan terbesar dalam 2 tahun terakhir.
Adanya distorsi saat Libur Tahun Baru Imlek dan faktur yang fiktif, sehingga menggelumbungkan angka pada neraca perdagangan tahun lalu, selain itu juga kenaikan impor yang melampaui dari perkiraan sebelumnya, menyebabkan kesulitan untuk menilai gambaran yang sebenarnya akan permintaan domestik dan global untuk barang-barang dari China. (bgs)
Sumber : Bloomberg
Kontrak berjangka pada Indeks CSI 300 yang akan berakhir di bulan Maret ini tergelincir 1.4% ke level 2,118 pukul 9:18 waktu setempat..
Pada pekan lalu Indeks Shanghai Composite menguat 0.1% ke level 2,057.91, catat gain pertamnya dalam 3 pekan terakhir, setelah adanya spekulasi mengenai adanya reformasi kebijakan ekonomi pada Kongres Nasional Rakyat China.
Ekspor China secara mengejutkan turun 18.1% di Februari lalu dibandingkan di awal tahun, menurut rilis data dari bea dan cukai pada tanggal 8 Maret lalu, dibandingkan dengan estimasi rata-rata dari para ekonom yang menyatakan adanya kenaikan sebesar 7.5%. Sementara itu impor naik 10.1% di Februari lalu jika dibandingkan dengan awal tahun, sehingga neraca perdagangan China mengalami defisit $23 miliar, merupakan terbesar dalam 2 tahun terakhir.
Adanya distorsi saat Libur Tahun Baru Imlek dan faktur yang fiktif, sehingga menggelumbungkan angka pada neraca perdagangan tahun lalu, selain itu juga kenaikan impor yang melampaui dari perkiraan sebelumnya, menyebabkan kesulitan untuk menilai gambaran yang sebenarnya akan permintaan domestik dan global untuk barang-barang dari China. (bgs)
Sumber : Bloomberg
0 komentar :
Post a Comment